265 Tahun Benteng Toboali, Menguak Sejarah Benteng Terbesar di Luar Sumatera
Indonesia memilik banyak benteng peninggalan di masa lalu.
“Ada 405 benteng yang sudah mendaftar di Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya (SRNCB), 49 diantaranya sudah ditetapkan sebagai cagar budaya”. Begitu yang disampaikan Desse Yussubrasta, Pamong Budaya dari Direktorat Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek di acara seminar sejarah di Toboali, Bangka Selatan 25 September 2022.
“Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda, Bangunan, Struktur, Situs, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau
kebudayaan melalui proses penetapan”. Imbuh Desse selaku narasumber pada acara seminar tersebut.
Seminar yang digagas oleh Yayasan Jelajah Bangka INDONESIA ini mengangkat tema “265 Tahun benteng Toboali – Menguak Sejarah Benteng Terbesar di Luar Sumatera”. Acara diselenggarakan dalam rangka memperingati hari pariwisata Internasional, World Tourism Day 2022 yang di peringati pada tanggal 27 September setiap tahunnya.
Hadir sebagai narasumber lainnya dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dr. Wawan Gunawan, S., Sn. MM selaku Direktur Pengembangan Destinasi (wilayah) I yang meliputi area kerja Sumatera dan Jawa mengatakan sangat takjub melihat potensi destinasi wisata sejarah benteng Toboali.
Dalam kesempatan seminar tersebut beliau mengungkapkan strategi pengembangan benteng Toboali sebagai wisata sejarah di Bangka Belitung yakni dengan usaha revitalisasi, penataan dan pengembangan kawasan, story telling hingga pemanfaatan kawasan benteng sebagai daya tarik wisata sejarah atau heritage.
Wawan mengatakan Kemenparekraf siap mendorong pengembangan wisata benteng Toboali menjadi destinasi wisata sejarah unggulan bukan hanya di tingkat nasional namun juga bisa hadir di pentas Internasional seperti semangat penyelenggara kegiatan seminar yang mengambil momentum peringatan Hari Pariwisata Internasional, World Tourism Day 2022.
Sementara sejarawan Bangka Belitung, Dato’ Akhmad Elvian DPMP, dalam papernya pada seminar tersebut mengatakan Toboali merupakan kota tua yang terletak di pesisir Barat bagian Selatan pulau Bangka dan diperkirakan mulai tumbuh dan berkembang diawal abad 18 Masehi.
Kota Toboali dalam beberapa literatur seperti pada halaman pertama manuskrip yang disusun oleh Abang Arifin Tumenggung Kertanegara I pada Tahun 1878 ditulis dalam huruf Arab Melayu “ تبواليه “, dan dibaca “Toboalih” (Wieringa, 1990). Toboali disebut dengan kota, karena pada wilayahnya terdapat bangunan benteng pertahanan.
“Benteng atau parit pertahanan yang dibangun oleh sultan Susuhunan Sultan Ahmad Najamuddin I Adikesumo kemudian oleh pemerintah kerajaan Inggris dalam Map of the Island of Banka Compiled from Remarks and Materials Collected during a Journey Through the Island Annexed to a Report on the same and Addressed to the honourable Thomas Stamford Raffles disebut dengan Stockade of Toobooallie dan difungsikan menjadi kantor pusat Inspektur tambang Timah dan markas militer pasukan Inggris. Benteng kemudian diperbaharui oleh pemerintah Hindia Belanda pada Tahun 1820 dan Tahun 1825 Masehi (dalam Plan van het Fort Toboaly yang disusun Tahun 1825 Masehi) dan oleh pemerintah Hindia Belanda disebut dengan Fort Toboalij”, demikian yang disampaikan oleh Elvian sejarawan yang pernah menerima anugerah kebudayaan dari Pemerintah RI.
Seminar dengan konsep “study on the spot” ini, di moderatori oleh Meilanto yang diikuti lebih dari 200 orang peserta yang berasal dari seluruh penjuru pulau Bangka. Terkait transportasi peserta yang berasal dari luar Kabupaten Bangka Selatan , terutama yang dari Pangkalpinang dan sekitarnya, panitia mengerahkan tak kurang dari 3 bus yang penuh terisi, diikuti belasan mobil mini bus lainnya.
Acara dimulai dengan pantun buka lawang yang dikomandoi Syeikh Doni dari Komunitas Bekaes Budaya dan menampilkan pemantun Melayu Negeri Serumpun Sebalai, Pak Cik Kario. Dilanjutkan tari persembahan dari sanggar Tiara Selatan untuk menghibur tamu, narasumber dan peserta seminar.
Decia, peserta dari SMA 3 Pangkalpinang mengatakan senang bisa mengikuti seminar ini.
“Seminar sejarah ini sangat menarik dan menambah wawasan bagi saya Pak, terimakasih juga atas pertunjukan (berbalas pantun dan tari sambut) di acara tadi” ungkapnya puas dengan seulas senyuman.
Darpin Asnan selaku Ketua Yayasan Jelajah Bangka Indonesia, penyelenggara acara tersebut mengatakan, kegiatan seminar sejarah ini terselenggara atas kerjasama Jelajah Bangka dengan Pemkab Bangka Selatan yang didukung oleh PT. Timah Tbk, MSI Cab. Kep Bangka Belitung, komunitas Bekaes Budaya, Bank Sumsel Babel dan digawi official.
Ketika ditanyakan tujuan dari pelaksanaan acara tersebut, Darpin mengatakan bahwa Bangka memiliki banyak potensi dan aset wisata sejarah yang bisa dikembangkan, sayangnya hanya segelintir orang yang peduli akan hal tersebut, termasuk terhadap benteng Toboali ini.
“Melalui seminar ini, kita berharap ini adalah starting point untuk menuju ke tahapan-tahapan berikutnya hingga goalnya adalah Bangka memiliki suatu destinasi wisata sejarah berupa cagar budaya yang utuh”, harapnya.
“Benteng toboali ini memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. Pembangunannya dimulai dari Kesultanan Palembang, kemudian pernah digunakan sebagai kantor pusat Inspektur tambang timah dan markas militer oleh pasukan Inggris, dilanjutkan dan dikokohkan kembali oleh pemerintahan Hindia Belanda, pernah juga dipakai oleh militer Jepang, hingga akhirnya Indonesia Merdeka”. Lanjut beliau.
Memanfaat momentum peringatan hari pariwisata Internasional, Yayasan Jelajah Bangka berharap bisa memberikan sumbangsih untuk dunia pariwisata kedepan, khususnya wisata sejarah yang ada di Bangka.
“Sejarah terjadi pada setiap orang, melintasi perjalanan waktu yang sangat panjang, tidak memandang gender, suku, ras dan agama. Yayasan Jelajah Bangka INDONESIA hadir dan akan terus berupaya untuk mengajak, menggali, mempelajari dan mengedukasi sejarah dan budaya kepada masyarakat khususnya yang ada di Bangka dan umumnya di Indonesia” tutup Alvin Azra sapaan akrabnya.
kh6hcr