KOTA KAPUR, menggali kepingan sejarah yang lama terkubur

Dinamakan Kota Kapur, karna daerah ini dulunya kaya akan pohon Kapur.
Kayu kapur diyakini sangat kuat namun ringan. Sifatnya yang mudah dibentuk dan liat menjadikannya pilihan terbaik untuk dibuat perahu, satu alat transportasi penting dimasa itu.

Bicara sejarah Bangka, tak lengkap rasanya tanpa membahas Kota Kapur. Karena ditempat ini lah Prasasti yang terkenal itu ditemukan.

Dulunya, Kota Kapur dikelilingi Benteng. Dengan ketinggian hingga 3 meter, benteng ini memanjang dari utara hingga selatan sejauh 2.500 meter. Ditempat yg mempunyai tingkat kecuraman yg dalam, benteng ini berlapis dua. Namun yang agak aneh untuk ukuran saat ini adalah, benteng tersebut berada diluar pemukiman, menghadap ke darat. Artinya pemukiman Kota Kapur kala itu berada antara Laut dan Benteng. Sementara pada umumnya, benteng dibangun menghadap laut untuk menghalau para perompak atau serangan yang datang dari arah laut, kemudian baru dibelakang atau didalamnya dibangun pemukiman. Para peneliti memperkirakan yang menjadi musuh atau yang ditakuti penduduk Kota Kapur adalah orang daratan yang datang dari arah Penagan .

1-benteng-utara

Benteng Utara Kota Kapur

1-benteng-selatan

Benteng Selatan Kota Kapur

Berdasar analisa carbon dating, benteng ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 532 M.

1-benteng_9579

Benteng Tanah Kota Kapur

Didalam benteng yang mempunyai area seluas 132 ha, pernah ditemukan reruntuhan Candi, Arca Wisnu, kepala patung Ares (Raja) dan peninggalan bersejarah lainnya. Hal ini mengarahkan bahwa dulunya ditempat ini telah berkembang ajaran Hindu pemuja Dewa Wisnu. Ketiga buah Candi yang ditemukan berada dalam jarak yang tidak begitu jauh, masih dalam area 40 x 60 m. Ketiganya mempunyai ukuran yang berbeda mulai dari 3,1 x 3,1 m – 4,6 x 4,6 m dan terakhir 5,6 x 5,6 m.

1-candi

Lokasi ditemukannya salah satu Candi di Situs Kota Kapur

Candi Kota Kapur

Reruntuhan Candi yang terdapat dalam Situs Kota Kapur

1-arca-wisnu_9654

Arca Wisnu dari Situs Kota Kapur

1-kepala-ares-raja_9659

Kepala Ares (Patung Raja) dari Situs Kota Kapur

Namun, penemuan terbesar di Situs Kota Kapur hingga saat ini adalah sebuah batu bertulis yg kemudian disebut dengan Prasasti Kota Kapur.

J.K. Van Der Meulen, yang ketika itu bertugas didistrik Sungai Selan sebagai Administrator Hindia Belanda, menemukan Prasasti ini pada Desember 1892.

Berbentuk Tugu bersegi, berukuran tinggi 177cm, lebar 32 cm pada bagian alas dan terus mengecil hingga 19 cm dibagian atas. Disekelilingnya terdapat tulisan yang dipahat beraksara Pallawa berbahasa Melayu Kuno.

1-prasasti-kota-kapur

Replika Prasasti Kota Kapur yang disimpan di Museum Timah, Bangka

Untuk membaca dan memahami tulisan ini diperlukan seorang ahli epigrafi, dan H.Kern berkebangsaan Belanda yang sedang bekerja pada Bataviaasch Genootschap adalah orang pertama yang menganalisa Prasasti tersebut.

Kemudian analisa Kern disempurnakan oleh George Coedes yang mengungkapkan bahwa Sriwijaya adalah nama sebuah Kerajaan Besar pada abad ke-7 Masehi, berkedudukan di Sumatera dan pernah menguasai Semenanjung Malaya hingga selatan Thailand.

Adapun isi dari Prasasti Kota Kapur adalah sebentuk ancaman dan kutukan yang dibuat oleh Dapunta Hyang, seorang penguasa Kerajaan Sriwijaya kala itu.

Dari transkripsi yang dilakukan oleh Coedes, tulisan pada Prasasti itu berbunyi:

  1. Siddha titam hamba nvari i avai kandra kayet ni paihumpaan namuha ulu lavan tandrun luah makamatai tandrun luah vinunu paihumpaan hakairum muah kayet ni humpa unai tunai.

  2. Umentern bhakti ni ulun haraki. unai tunai kita savanakta devata mahardika sannidhana. manraksa yan kadatuan çrivijaya. kita tuvi tandrun luah vanakta devata mulana yan parsumpahan.

  3. paravis. kadadhi yan uran didalanna bhami paravis hanun. Samavuddhi lavan drohaka, manujari drohaka, niujari drohaka talu din drohaka. tida ya.

  4. Marppadah tida ya bhakti. tida yan tatvarjjawa diy aku. dngan diiyan nigalarku sanyasa datua. dhava vuathana uran inan nivunuh ya sumpah nisuruh tapik ya mulan parvvanda datu çriwi-

  5. jaya. Talu muah ya dnan gotrasantanana. tathapi savankna yan vuatna jahat. makalanit uran. makasuit. makagila. mantra gada visaprayoga. udu tuwa. tamval.

  6. Sarambat. kasihan. vacikarana.ityevamadi. janan muah ya sidha. pulan ka iya muah yan dosana vuatna jahat inan tathapi nivunuh yan sumpah talu muah ya mulam yam manu-

  7. ruh marjjahati. yan vatu nipratishta ini tuvi nivunuh ya sumpah talu, muah ya mulan. saranbhana uran drohaka tida bhakti tatvarjjava diy aku, dhava vua-

  8. tna niwunuh ya sumpah ini gran kadachi iya bhakti tatvjjava diy aku. dngan di yam nigalarku sanyasa dattua. çanti muah kavuatana. dngan gotrasantanana.

  9. Samrddha svasthi niroga nirupadrava subhiksa muah vanuana paravis chakravarsatita 608 din pratipada çuklapaksa vulan vaichaka. tatkalana

  10. Yan manman sumpah ini. nipahat di velana yan vala çrivijaya kalivat manapik yan bhumi java tida bhakti ka çrivijaya.

Melihat isi Prasasti tersebut, terdapat semacam “kata pembuka” untuk mengingatkan suatu kejadian besar. Setelah itu baru masuk kedalam inti persumpahan. Dibagian akhir ada semacam penutup berupa keterangan waktu dibuatkannya Prasasti itu.

Untuk mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, dibutuhkan suatu keilmuan khusus, Filologi namanya. Dan di-Indonesia nama Prof. Slamet Muljana cukup kompeten dibidang itu. Terhadap isi Prasasti Kota Kapur, beliau menterjemahkan sebagai berikut:

Seorang pembesar yang gagah berani, Kandra Kayet, di medan pertempuran.
Ia bergumul dengan Tandrun Luah dan berhasil membunuh Tandrun Luah. Tandrun Luah mati terbunuh di medan pertempuran.
Tetapi, bagaimana nasib Kayet yang membunuh itu? Juga Kayet berhasil ditumpas. Ingatlah akan kemenangan itu!

Kamu sekalian dewata yang berkuasa dan sedang berkumpul menjaga Kerajaan Sriwijaya!

Dan kau, Tandrun Luah, dan para dewata yang disebut pada pembukaan seluruh persumpahan ini!

Jika pada saat manapun di seluruh wilayah kerajaan ini ada orang yang berkhianat, bersekutu dengan pengkhianat, menegur pengkhianat atau ditegur oleh pengkhianat, sepaham dengan pengkhianat, tidak mau tunduk dan tidak mau berbakti, tidak setia kepadaku dan kepada mereka yang kuserahi kekuasaan datu, orang yang berbuat demikian itu akan termakan sumpah. Kepada mereka, akan segera dikirim tentara atas perintah Sriwijaya. Mereka sesanak keluarganya akan ditumpas!

Dan semuanya yang berbuat jahat, menipu orang, membuat sakit, membuat gila, melakukan tenung, menggunakan bisa, racun, tuba, serambat, pekasih, pelet dan yang serupa itu, mudah-mudahan tidak berhasil. Dosa perbuatan yang jahat untuk merusak batu ini hendaklah segera terbunuh oleh sumpah, segera dipukul.

Mereka yang membahayakan, yang mendurhaka, yang tidak setia kepadaku dan kepada yang kuserahi kekuasan datu, mereka yang berbuat demikian itu, mudah-mudahan dibunuh oleh sumpah ini.

Tetapi kebalikannya, mereka yang berbakti kepadaku dan kepada mereka yang kuserahi kekuasaan datu, hendaknya diberkati segala perbuatannya dan sanak keluarganya, berbahagia, sehat, sepi bencana dan berlimpah rezeki segenap penduduk dusunnya dengan keberhasilan, kesentosaan, kesehatan, kebebas­an dari bencana, kelimpahan segala­nya untuk semua negeri mereka !

Tahun Śaka 608, hari pertama paruh terang bulan Waisakha pada saat itulah kutukan ini diucapkan, pemahatannya berlangsung ketika bala tentara Śrīwijaya baru berangkat untuk menyerang bhūmi jāwa yang tidak takluk kepada Śrīwijaya.

Hari pertama paruh terang bulan pada tahun saka 608 adalah bertepatan dengan 28 Februari 686 Masehi, hari dimana Kutukan itu diucapkan kemudian dipahatkan pada batu tersebut.

Hingga tahun 2012, prasasti Kota Kapur berada di Rijksmuseum Amsterdam, museum Kerajaan Negeri Belanda.

Saat ini, prasasti tersebut telah disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor inventaris D90.

——————
*hasil study lapangan, wawancara dg H.Mahadil (juru pelihara situs kotakapur) + dari berbagai sumber

Comments

comments

10 thoughts on “KOTA KAPUR, menggali kepingan sejarah yang lama terkubur

  1. Maaf, hanya mencoba untuk meluruskan..
    Sebenarnya benteng kotakapur bukan berada di timbunan tanah, tetapi timbunan tanah itulah benteng kotakapur.. ya, benteng kotakapur adalah benteng tanah.. nah yg ditimbun kembali adalah candi2 yg ditemukan ketika penelitian..

  2. Salut bang!! Jarang banget orang Bangka yg mau susah2 cari sejarah. Saya punya keinginan untuk menjelajahi Bangka dan menelusuri sejarahnya. Tapi tidak pernah tau darimana harus memulai. Dan sering menyerah ketika di anggap orang aneh karena pergi ke tempat tua.. Smoga tulisan dan cerita abang busa jadi inspirasi untukku.. Lanjutkan Bang!! Kapan2 kalo jelah Bangka ajak2 bang ok!! Salam!!

    1. Terimakasih Cintia.
      1. Utk memulai, sy rasa bisa dari mana saja.
      Seperti potongan puzzle, mulai dari apa saja yg ada.
      Makin banyak potongan yg tersusun, akan semakin mewujud gambaran sejarah yg kita ketahui.
      2. Sy tdk pernah mempedulikan orang yg menganggap aneh tentang perilaku kita yg spt itu. Kita tidak hidup dari mereka & Kita tdk hidup dalam anggapan mereka. Nikmati saja apa yg kita lakukan, yakinlah bahwa itu sangat manfaat minimal buat diri sendiri. Kalaupun ada orang lain yg merasakan manfaatnya, itu anggap bonus saja
      3. Oke, silahkan kontak saya di alvinazra@jelajahbangka.com

      SALAM JELAJAH BANGKA
      -Belajar, Berbuat, Manfaat-

  3. Sip, jarang sekali ada orang bangka sendiri yang mau dan peduli pada literatur budaya bangka. Apalagi melakukan dokumentasi tertulis pada situs seperti penulis.
    Lanjutkan bang, tetap semangat !

    Salam kenal dan sukses,
    Isnaidi

    1. wah, terimakasih banyak Atok Usang lah mampir.
      Suatu kehormatan dan Support tersendiri bagi ku atas kehadiran Atok 😉

Leave a Reply to atok usang Cancel reply

Your email address will not be published.