RIMBE’ MAMBANG, Perjalanan & Perjuangan Menuju Kebun Raya Bangka
“Apabile rimbe’ mambang lah abis setengah e, lah jadi ikak mawek anek pindeh dari kampong Dalil ne”
Begitu petuah Akek Mahrob (115 thn) yang didapat dari orangtua dan dituturkan kembali kepada anak cucunya.
Rimbe’, dalam bahasa melayu berarti Belantara, sedangkan Mambang adalah Hantu.
Konon cerita dari negeri dongeng, belantara ini dulunya adalah posko atau basecampnya hantu yang turun dari Gunung Maras, puncak tertinggi di tanah Bangka.
Untuk itu kawasan ini sama sekali tidak boleh dilakukan penebangan dengan tujuan dan alasan apapun.
Apabila pantangan itu dilanggar, maka yang bersangkutan diwajibkan untuk menyiapkan bubur mirah puteh yang dilanjutkan dengan tahlilan sebagai tebusan atas kesalahannya.
Waktu bergulir, modern-pun hadir. Dongeng tersebut memudar berikut melemahnya larangan terhadap penebangan di rimbe’ tersebut. Dengan berbagai alasan, beberapa orang mulai melakukan penebangan. Satu menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan, delapan terus menjadi tak terhingga. Perlahan namun pasti Rimbe’ Mambang mulai tergerogoti.
Adalah Pak Yazi namanya (44), orang yang mengingatkan kembali petuah Akek Mahrob diatas. Berangkat dari keprihatinan terhadap maraknya aktivitas penebangan di rimbe’ mambang, Beliau mulai mencari teman yang sepaham. Gayung pun bersambut, risau fikiran Beliau ditangkap kemudian dikembangkan oleh tokoh muda, Budi Gito (32 thn). Setelah mendiskusikan beberapa hal tentang keinginan mempertahankan kelestarian Rimbe’ Mambang, merekapun menghadap Pak Kades, Kepala Desa Dalil Kecamatan Bakam Kabupaten Bangka.
Singkat cerita, puncak dari hal tersebut adalah ditanda-tanganinya semacam nota kesepakatan untuk tidak lagi melakukan penebangan didalam kawasan hutan Rimbe’ Mambang oleh seluruh masyarakat Dalil yang diwakili tokoh masyarakat dan para sesepuh kampung.
Sampai disini, apakah persoalan menjadi beres ?
Ternyata masih belum saudara-saudara !
Rambut boleh sama hitam, tapi hati siapa yang tahu ? Banyak kepala, banyak pula pemikiran.
Muncul pertanyaan, lantas apa untungnya kesepakatan tadi dengan melarang penebangan di hutan Rimbe’ Mambang?
kalau anda mau mengatakan tentang ekosistem yang terjaga, oksigen yang dihasilkan, atau sebagai resapan air dan sebangsanya, sebaiknya simpan saja kata-kata Anda. Karena jawaban seperti itu tidak akan mempan bagi yang menganut faham materialis. Bagi mereka, bagaimana cara merubah hutan tersebut menjadi uang dalam waktu singkat itu lah yang terbaik.
Maka, Pak Yazi dan saudara Budi pun makin bedenyut kepalanya. Satu sisi mereka pelopor, sisi lain mereka belum punya konsep yang jelas mau diapakan Rimbe’ Mambang ini.
Setelah beberapa hari merenung, akhirnya mereka memutuskan untuk melakukan study banding ke kampung lain. Antar Kampung, Lintas Kabupaten lah istilahnya. Dicarilah kampung yang sama-sama “menjual” hutan sebagai daya tarik utamanya.
Sampai ditempat yang dituju, bagai kesandung batu, kedua orang ini kaget luar biasa. Ternyata hanya dengan “secuil” hutan saja, ditambah sedikit sentuhan manis, kampung itu bisa terkenal begitu dahsyatnya.
Mereka pun pulang dengan kepala serasa lebih besar karena disesaki oleh ide-ide yang seolah ingin meloncat untuk segera diwujudkan.
Satu hal yang perlu diapresiasi, meskipun study banding ini tidak menggunakan anggaran dari uang rakyat, namun hasilnya real untuk kesejahteraan dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
Air Terjun.
Ya, Dalil memang sejak lama sudah memiliki beberapa air terjun yang indah, hanya saja tadinya belum banyak yang tahu. Dan itu adalah salah satu kunci untuk mendatangkan wisatawan.
Sadar tidak bisa hanya bergerak berdua saja, Pak Yazi dan Budi sepakat mendirikan POKDARWIS, Kelompok Sadar Wisata yang berisi Pemuda-Pemuda setempat.
Bersama, mereka membuka track-track baru untuk memudahkan pengunjung mendatangi air terjun tersebut. Setiap menuju kesana, maka orang-orang akan melewati hutan rimbe’ mambang. Disinilah letak strategi pertamanya. Dikanan-kiri jalan menuju air terjun, dibikinkan plang untuk memperkenalkan Hutan Wisata dan Rimbe’ Mambang.
Nampaknya pengelola faham sekali tentang dunia kekinian dan orang-orang yang mempunyai kegemaran ber-selfi ria. “Penyakit” selfi, tentu tidak bisa dipisahkan dengan dunia sosial-media. Dan inipun dimanfaatkan dengan baik oleh pengurus dengan membuatkan akun Deswita di Facebook.
Hmm…. Deswita, kedengarannya anggun sekali. Deswita merupakan akronim dari Dalil Desa Edukasi dan Wisata. Dari sini kita bisa melihat kecerdasan pengurus memanfaatkan peluang, jadi setiap orang yang berkunjung kesana, pasti senang berfoto dan foto tersebut diharapkan dipostingkan atau minimal dishare kan ke grup Deswita tersebut. (y)
Wisata sudah dapat, lantas dimana Edukasinya?
Bicara edukasi erat kaitannya dengan dunia akademisi, dalam hal ini Pak Yazi dan saudara Budi berkoordinasi dengan pihak UBB. Awalnya hanya perbincangan santai dengan seorang dosen. Pucuk dicinta, ulampun tiba. Sang Dosen menyambut baik yang kemudian membentuk tim kecil dari kelas Biologi untuk melakukan semacam study lapangan selama 3 hari di rimbe’ mambang. Hasil study ini di laporkan dan dievaluasi, kemudian ditindak lanjuti oleh pihak LPPM UBB dengan memberangkatkan Mahasiswanya melakukan KKN pada Juli hingga Agustus 2015.
Kini, kegiatan tersebut dilanjutkan oleh Universitas Sebelas Maret dari Solo yang sedang melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata di Dalil, khususnya Rimbe’ Mambang untuk periode Januari-Februari 2016.
Salah satu kegiatan KKN Mahasiswa ini adalah mengidentifikasi tumbuhan yang ada dalam Rimbe’ Mambang. Secara global, ada ratusan yang sudah teridentifikasi dan masih banyak lagi sub atau turunan lainnya yang belum tersentuh.
Seperti belantara pada umumnya, Rimbe’ Mambang juga dihuni bermacam hewan dan tumbuhan. Mulai dari semut yang terkecil, naik ke Kodok, Kera, Lutung, Musang, Tupai, Ular, termasuk primata khas Bangka yang kepalanya bisa berputar 180º, Mentilen (Tarsius bancanus).
Untuk jenis flora, masih banyak terlihat anggrek-anggrek hutan yang menempel cantik pada pohon-pohon besar. Dapat juga kita jumpai tanaman obat-obatan semacam sirih hutan dan kepayang.
Oleh penduduk setempat, kepayang dipercaya dapat menurunkan panas dalam. Buah kepayang yang tua akan berwarna kecoklatan dan banyak berjatuhan. Ambil buahnya yang sudah kering, kemudian rendamkan kedalam segelas air. Tunggu beberapa saat sampai buah tersebut mengeluarkan semacam jelly. Minum airnya, mudah-mudahan panas dalam segera hilang.
Terus berbenah, Rimbe’ Mambang kini menuju Kebun Raya. Sekedar informasi, Indonesia sekarang memiliki 6 Kebun Raya (wikipedia) dan belasan lainnya yang sedang menuju kesana.
Kebun Raya adalah Kawasan Konservasi tumbuhan yg memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan.
Diluar hutan seluas 55,8 Ha yang telah disiapkan untuk Kebun Raya, akan dibangun juga Arboretum pada lahan seluas 2 Ha, sebagai tempat khusus penanaman dan pengembangbiakkan pepohonan sekaligus sebagai tempat penelitian.
Ada beberapa tahapan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan predikat sebagai Kebun Raya.
Mengacu kepada Perpres No.93 tahun 2011, maka tahapan-tahapan pembangunan kebun raya meliputi 3 Kategori besar, yakni: Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengelolaan.
Dimana didalamnya terdapat Studi kelayakan lokasi, yg meliputi status lahan, kesesuaian lahan, penentuan lokasi yg mengacu pd RTRW kabupaten/Kota.
Kemudian inventarisir dan analisa sumberdaya, kebutuhan infrastruktur pendukung dan yang tidak boleh ketinggalan adalah Penyusunan Rencana Induk, Master Plan.
Target awal sudah dilewati, 10 Februari 2016 sudah tercatat bahwa Rimbe’ Mambang sudah resmi dicanangkan sebagai Kebun Raya Bangka oleh Prof.Iskandar Zulkarnain, Kepala LIPI Pusat.
Kita boleh bangga, namun jangan terlena. Perjalanan masih sangat panjang dan membutuhkan banyak energi.
Kepada kawan-kawan Pokdarwis Rimbe’ Mambang, cc Junaidi Putra, Riki dan sahabat-sahabat lainnya, tetap lah semangat dan jaga kekompakan. Jangan pernah berhenti sebelum mencapai tujuan.
Teruslah maju wahai Pelopor, meski jasad berkalang tanah, namun bakti dan sejarah kan tertoreh indah.
Takkan ada yang sia-sia dimata Allah.
Selamat & tetap SEMANGAT !!!
Teruslah berkarya & jgn mudah trlena
Aamiin.
Terimakasih Mba’Cici atas motivasi & nasehatnya 🙂 (y)