Oleh: Dato’ Akhmad Elvian, DPMP – Sejarawan dan Budayawan Bangka Belitung, Penerima Anugerah Kebudayaan —

PEMBANGUNAN fasilitas untuk instalasi air minum atau pipa air (Waterleiding) di Gunung Mangkoel untuk distrik Pangkalpinang mulai dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada Tahun 1927 masa J.E. Edie yang menjabat sebagai Residen Bangka dari Tanggal 17 Mei 1925 sampai dengan pension pada Tanggal 3 Mei 1928.

—————–

PERENCANAAN pembangunan untuk instalasi air minum atau pipa air (Waterleiding) sudah dilaksanakan sejak residen Bangka pertama yang berkedudukan di Pangkalpinang A.J.N. Engelenberg (memerintah pada Tahun 1913-1918 Masehi) dan oleh beberapa residen lainnya yaitu Residen Doornik, W (memerintah pada Tahun 1918-1923) dan Residen Fraser, JJ (memerintah pada Tahun 1923-1925). Permasalahan utama belum dibangunnya fasilitas Waterleiding karena belum didapatkan sumber air baku yang baik dan memenuhi syarat untuk air minum.

Pada masa Residen J.E. Edie diperintahkanlah kepada Demang ter beschikking (Demang Pembantu Residen), Raden Achmad untuk mencari sumber air baku. Pada tahap awal pencarian untuk sumber air baku air minum didapat Tiga lokasi alternatif yaitu di Gunung Doel, di Sungai Nyelanding dan di Gunung Mangkoel. Sumber air baku di Gunung Doel sangat bagus akan tetapi ternyata debit atau volume airnya sangat sedikit untuk melayani penduduk distrik Pangkalpinang pada waktu itu, sedangkan Sungai Nyelanding tingkat kekeruhan airnya sangat tinggi atau kurang jernih dan bersih serta tidak cocok untuk dijadikan sumber air minum, sehingga dipilihlah alternatif yang ketiga yaitu sumber air yang berada di Gunung Mangkoel atas saran seorang ahli air bernama Bas van Hout.

Menurut keterangan kepala Kampung Terak, air ini turunnya dari Gunung Mangkoel. Kemudian dibuatlah jalan kecil menyusur dipinggir sungai itu ke hulu supaya mudah memeriksa sumber air dihulunya. Setelah diperiksa dan diukur oleh ahli air, Bas van Hout ditetapkanlah sumber air Gunung Mangkoel sebagai sumber air minum distrik Pangkalpinang. Akan tetapi kemudian Residen J.E. Edie memasuki masa pensiun sehingga pembangunan fasilitas air minum atau pipa air (Waterleiding) untuk Kota Pangkalpinang, dilanjutkan pada masa Residen Hooyer, DG yang menjadi Residen Bangka pada Tahun 1928-1931 Masehi.

Pembangunan fasilitas air minum atau pipa air (Waterleiding) Pangkalpinang dilaksanakan oleh aannemer (kontraktor) Toko Lindeteves Stokvis Betawi dengan kontrak sekitar Tiga ratus ribu rupiah. Sebagian besar dana pembangunan diperoleh dari kas geemente kampung yang dipinjamkan dengan bunga sebesar 60 persen setahun. Fasilitas air minum Pangkalpinang kemudian dikelola oleh Plaatselijk Fonds Pangkalpinang yaitu Satu badan yang mengelola dan mengurus Eigendom (milik) Pemerintah Hindia Belanda.

Badan ini di samping mengurus Fasilitas air minum Pangkalpinang juga mengelola dana/keuangan yang diperoleh dari pajak, opstalperceelen, reklame, minuman keras, retribusi pasar, dan penerangan jalan, semuanya tentu dilakukan berdasarkan pada verordening atau peraturan yang berlaku pada masa itu.

Pembangunan sarana dan fasilitas air minum atau pipa air (Waterleiding) Pangkalpinang kemudian dilanjutkan pada masa Starhamer H.M memerintah Tahun 1931-1934 dengan membangun menara air minum (Watertoren) yang terletak di Bukit Baru (bagian dari kampung Bukit). Menara air minum (Watertoren) didirikan dengan angka Tahun 1932 Masehi, adalah salah satu bagian dari instalasi atau pipa air minum (Waterleiding).

Kapasitas Waterleiding Pangkalpinang mampu mensuplai air kepada 11.970 pelanggan di Kota Pangkalpinang pada masa itu. Aliran air dari atas dan lembah Gunung Mangkoel, pada tahap awal ditampung dan dikumpulkan dalam bak berukuran sedang, kemudian dengan pipa, air disalurkan pada kolam besar yang berada di lokasi bawahnya pada sisi sebelah Baratnya, yang berjarak sekitar 25 meter. Air kemudian disalurkan pada bangunan berbentuk tangki pengendapan yang terdiri dari bak-bak atau tangki ukuran besar dan kecil sebagai filter atau penyaring kotoran dilengkapi dengan pipa-pipa kontrol (Filter plant & settling tank building).

Air setelah di proses di Waterzuiveringsinstallatie, kemudian disalurkan lagi ke bak kontrol ukuran kecil di bangunan yang terletak sekitar 20 meter di sisi Utaranya Filter plant & settling tank building. Setelah air diproses di Filter plant & settling tank building dan Waterzuiveringsinstallatie, kemudian air disalurkan melalui pipa dengan tekhnologi yang sederhana bejana berhubungan ke menara air minum (Watertoeren) di Bukit Baru atau dulunya bernama kampung Bukit. Dari menara air (Watertoren) yang berada di kawasan Bukit Baru kalau kita melihat ke arah Selatan akan tampak di kejauhan Gunung Mangkoel dengan posisi ketinggian yang hampir sama dengan menara air.

Instalasi air minum atau pipa air (Waterleiding) di Gunung Mangkoel kondisinya sangat memprihatinkan, dan saat ini kawasan Filter plant & settling tank building dan Waterzuiveringsinstallatie, jalan dan jembatan-jembatan serta pipa-pipa yang mengalirkan air ke Watertoren (menara air) yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda sudah tidak terawat lagi dengan baik.

Untung saja saat ini berkat kepedulian dan usaha serta kerja keras dan cerdas dari sekelompok pemuda yang menamakan diri “Bujang Squad”, yang berusaha untuk kembali merawat dan menata kawasan menjadi destinasi wisata, kemudian Yayasan Gunung Mangkol Lestari (YGML) melakukan berbagai upaya pelestarian terhadap wilayah bentang kawasan Gunung Mangkoel. Kawasan Gunung Mangkoel yang awalnya dirambah oleh Tambang Inkonvensional (TI) dan pembalakan liarpun mulai berkurang.

Dalam Peta Het Eiland Banka 1819 (and) De Rivier van Palembang, 1821, terdapat beberapa kampung di sekitar bagian Timur Gunung Mangkoel yaitu, Kampung Bekam, Peneankar, Lodjop dan Pupot, kemudian pada sisi Barat Gunung Mangkoel terdapat Kampung Dinding Papan dan Manti, dan pada sisi Selatan terdapat Kampung Pinang, Tanjung Gunong dan Krabak, serta di sisi Utara Mangkoel adalah Kota Pangkalpinang.

Saat ini kawasan Gunung Mangkoel (dengan ketinggian sekitar 397 meter, memiliki luas sekitar 6.009,51 hektar), berada di wilayah administratif Kabupaten Bangka Tengah, terdiri dari Bukit Pau, Bukit Tengkorak, Bukit Kelambu, Bukit Anyir, Bukit Berambai, Bukit Gadong, Bukit Tanyas, Bukit Dua Ayam dan kawasan Mangkoel saat ini sudah dijadikan sebagai Taman Hutan Raya (Tahura) berdasarkan Keputusan Menteri LHK, Nomor: 575/setjen/Menlhk-II/2016. Pada beberapa bagian kawasan Mangkoel tampak kebun Sahang (Lada) dan Kelekak Durian milik masyarakat yang berasal dari Kampung Terak, Kampung Dul, Kampung Dinding Papan, Kampung Teru, Kampung Beruas, dan Kampung Aik Mesuk.

Sementara itu pada bagian puncak Gunung Mangkoel terdapat stasiun Transmisi milik TVRI dan Indosiar. Kawasan Gunung Mangkoel sesuai dengan namanya “Mangkoel” yang berasal dari bahasa Arab, berarti “Memindahkan”, memiliki peran penting sebagai sumber air baku dan penyangga (bentang dan benteng) bagi Kota Pangkalpinang, terutama dari ancaman banjir dan air genangan dan Gunung Mangkoel sebagai paru-paru Kota Pangkalpinang, karena keragaman hayatinya, mampu menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen yang dibutuhkan semua organisme.

Di samping itu kawasan Gunung Mangkoel merupakan benteng terakhir bagi pelestarian hewan-hewan langka endemic pulau Bangka yang berada dekat dengan Kota Pangkalpinang (seperti Kera, Beruk, Tarsius atau Mentilin, Kukang dan beberapa jenis burung), oleh sebab itu kelestarian kawasan hutan di Gunung Mangkoel dan keragaman hayatinya harus tetap dijaga dan dipelihara dengan baik.

Sementara itu secara fisik, fasilitas bangunan menara air minum (Watertoren) yang terletak di Bukit Baru adalah bangunan berbentuk dua tangki raksasa yang ditopang oleh instalasi bangunan yang di dalamnya terdapat pipa-pipa besar yang berfungsi menyalurkan air keseluruh masyarakat Pangkalpinang, saat ini Watertoren yang dibangun Pemerintah Hindia Belanda tidak berfungsi lagi dan pada sisi utaranya sudah dibangun menara air baru milik PT. Timah, Tbk.

Menara air atau Watertoren dibatasi oleh tembok pembatas berupa pathok/tugu (batas) sebanyak Enam pathok, dan masing-masing pathok setinggi Satu meter terbuat dari batu granit dan adukan pasir kuarsa. Pathok ini dibuat sebagai pembatas antara tanah milik pengelola menara air dengan kompleks perumahan Bukit Baru yang merupakan perumahan elit pada waktu itu.

Fasilitas Waterleiding dan Watertoren, sebagai fasilitas air minum adalah salah satu bukti sejarah peninggalan Pemerintah Hindia Belanda, dan sebagai penanda pembangunan distrik Pangkalpinang terutama saat Kota Pangkalpinang menjadi ibukota Keresidenan Bangka, Tanggal 3 September 1913. Sebagai warisan sejarah tinggalan-tinggalan bangunan Waterleiding di Gunung Mangkoel dan Watertoren (menara air) di Bukit Baru merupakan Cagar Budaya dan dapat dijadikan sebagai sarana edukasi, inspirasi dan rekreasi. ***

_____________
*artikel ini dimuat di BabelPos.Co pada 26 Januari 2021

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.