Macem Memerang

Penulis: Meilanto

Nah sobat budaya, kali ini kita akan menurunkan tulisan tentang ungkapan tradisional. Sebelum membahas lebih lanjut, apa sih ungkapan tradisional itu? Seringkali para leluhur kita memberikan petuah, nasihat kepada kita, anak cucunya dengan bahasa yang halus, santun tanpa menyinggung perasaan kita yang menerima petuah atau nasihat itu. Ungkapan tradisional termasuk 10 Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang diatur dalam Undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Ungkapan tradisional termasuk tradisi lisan yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat dari generasi ke generasi.

Apa sih memerang itu?
Memerang (dalam dialek Namang, dikenal dengan nama memereng) atau berang-berang (Lutrinae) adalah hewan karnivora di subfamily lutrinae. Hewan ini masih termasuk family musang. Bedanya, berang-berang dominan di air sedangkan musang di darat.

Berang-berang memakan ikan-ikan serta hewan air lainnya dan pergerakannya yang lincah membuat air keruh. Selain itu warga yang biasa memasang injap paling benci jika injap dimasuki berang-berang. Injap menjadi rusak karena selain berang-berang memakan ikan yang masuk injap, ia juga akan merusak injap dengan kuku dan giginya yang tajam.

Dari peristiwa itu sehingga muncul ungkapan macem memerang jika ada anak-anak yang bermain-main air mandi secara berlebihan (ngubak) yang membuat air menjadi keruh. “Weu macem memerang ikak ne!” begitu biasanya ocehan yang keluar dari mulut ibu-ibu yang mencuci pakaian saat air menjadi keruh akibat anak-anak yang mandi secara berlebihan.

Nah sobat budaya, begitu ungkapan tradisional macem memerang. Sobat budaya pernah mendengar ungkapan itu? Atau pernah bermain air yang menyebabkan air menjadi keruh sehingga mendengar ocehan ibu-ibu macem memerang?

Comments

comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.